Demokrasi di indonesia mengalami pasang surut dan proses pencarian yang cocok bagi kehidupan dan pribadi bangsa Indonesia, sudah banyak tipe demokrasi yang di terapkan di negeri ini mulai dari demokrasi parlementer,demokrasi terpimpin dan demokrasi pancasila pada era presiden Soeharto dan pada era reformasi sekarang ini belajar memurnikan demokrasi.
Pada tahun 1998 merupakan krusial time bagi demokrasi di indonesia dimana rejim yang berkuasa dengan diktator di lengserkan oleh massa yang berbasiskan mahasiswa melalui demonstrasi besar besaran di kota kota di indonesia dan utamanya di gedung DPR RI di Senayan
Pasca kejadian tersebut demokrasi di indonesia mengalami perbaikan ke arah yang lebih baik dan menuju demokrasi yang seutuhnya melalui pemurnian demokrasi dengan aturan aturan yang baru dan ketransparan pemerintahan
Pelaksaan demokrasi di indonesia mengalami kritik keras sebab masih dalam tahapan proses pemurnian demokrasi. Kritik tersebut antara lain Demokrasi di Indonesia baru pada tahap Demokrasi Prosedural namun lembaga lembaga dalam pemerintahan belum bekerja sebagaimana yang di harapkan publik.Kinerja lembaga lembaga pemerintahan pada era sekarang ini masih syarat dengan warisan soeharto yaitu budaya KKN.
Demokrasi di Indonesia tidak akan mencapai demokrasi Substansial jika demokrasi kita belum melewati tahapan demokrasi prosedural. Bersamaan dengan kritik keras tersebut Demokrasi di indonesia juga mengalami kemajuan yang dapat terlihat secara nyata di Indonesia antara lain semakin adanya ruang aspirasi politik yang segar yaitu semakin banyaknya parpol di indonesia dan kemajuan lainnya adalah Pemilu yang demokratif,Sebagai indikator pemilu yang demokratif adalah prosedur pelaksanaan pemilu yang jelas dan hasil yang tidak bisa di pastikan pemenangnya sebelum proses penghitungan suara di KPU selesai, lembaga survei setelah pemilu selesai memang bisa saja langsung mengeluarkan hasil pemungutan suara dan siapa pemenang pemilu tapi hasil tersebut masih merupakan suatu prediksi yang masih memiliki kemungkinan salah.Hal seperti itu tidak akan di jumpai dengan pemilu pada era Demokrasi Pancasila dimana pemilu berjalan seperti biasa namun hasilnya sudah bisa di pastikan bahkan sebelum pemilu tersebut di selenggarakan.
Distribusi Kekuasaan juga sudah terselenggara denganlebih baik kekuasaan politik sudah merata dan tidak terpusat lagi pada satu kekuasaan sehingga segala sesuatunya tidak harus melalui ijin pusat, kemajuan lainnya adalah Reposisi politik militer dan kebebasan pers jika pada masa lampau suatu pers tidak mendukung pemerintah dan justru mengkritik kinerja pemerintah dengan pemberitaan tertulis maupun tidak tertulis maka surat ijin pers tersebut akan di cabut oleh pemerintah, hal seperti itu tidak kita jumpai lagi pada masa sekarang ini Pers sudah bisa mengalami kebebasan dalam mengumpulkan informasi serta menyebarluaskannya kepada masyarakat luas baik berita yang mendukung kinerja pemerintah maupun yang mengkritik pemerintah sehingga pada masa sekarang ini banyak pejabat yang takut kepada pers.
Kemajuan kemajuan tersebut jika di pahami dan di dukung oleh segenap elemen masyarakat dan pemerintahan serta tidak dimanfaatkannya celah celah kekurangan dari kemajuaan tersebut untuk meraup keuntunggan pribadi maka sangat besar kemungkinan Demokrasi di indonesia akan naik kelas kepada tahapan Demokrasi Substansial
Kritik keras lainnya yang di tujukan kepada demokrasi di indonesia adalah Ungkapan yang menyatakan bahewa Demokrasi di Indonesia adalah demokrasi elitis ada bagian yang benar dan tidak lengkap dari kritik tersebut.
Sistem pemilu 2004 merupakan sistem proporsional terbuka setengah hati dimana kesaktian nomor urut sangat berlaku pada masa pemilu ini berbeda dengan sistem pemilu pada tahun 2009 sistem pemilu tahun 2009 pmengalami peningkatan yaitu sistem pemilu proporsional ¾ hati pada masa ini kesaktian nomor urut tidak berlaku lagi politisi yang malas akan tergeser sedangkan politisi yang rajin akan dipercaya rakyat dan akan menjadi wakil rakyat untuk duduk di Parlemen. sistem pemilu proporsional ini ke depan akan lebih di tingkatkan denagn cara sistem distrik akan semakin di perkuat.
Sistem politik akan semakin baik jika di topang oleh pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat di semua lapisan masyarakat, otoritarian di harapkan tidak menggumpal pada golongan tertentu, Sistem hukum semakin tegak dan adil dimana kuasa hukum bisa menjangkau semua golongan yang ada di masyarakat sehingga istilah kebal hukum tidak berlaku lagi.
Tradisi Meritokrasi juga sangat mendukung untuk perbaikan sistem politik yaitu rekruitment anggota parpol berdasarkan kapasitas sehingga setiap orang yang memiliki kemampuan memiliki peluang yang sangat besar untukmikut serta berpartisiapasi dalam dunia politik.
Untuk melanjutkan Proses demokrasi yang kokoh di perlukan dorongan dari masyarakat. Di dalam sistem politik Presidensialialisme yang di anut bangsa indonesia terdapat perbedaan dengan sistem Presidensialisme di Amerika Serikat dimana Sistem Presidensialisme kita di gabungkan dengan Multi partai sehingga sulit memunculkan kekuatan politik yang mayoritas, Sedangkan di Amerika Serikat Sistem Presidensialisme di gabungkan dengan Sistem dwi Partai sehingga partai yang menang menjadi eksekutif dan yang kalah otomatis menjadi oposisi, di harapkan ke depannya agar sistem Pemerintahan Presidensial mendapat pemerintahan yang kokoh cara cara yang di perlu di lakukan adalah menekan jumlah parpol yang ada sehingga akan meredam kebisingan politik kemudian Sistem pemilu di Indonesia mengawinkan Akuntabilitas dan Representatif.
Kuliah umum bersama Anas Urbaningrum
Marsisukkunan
Selasa, 19 April 2011
Selasa, 05 April 2011
Sejarah Marga Purba Sidagambir
SEJARAH PURBA SIDAGAMBIR
Marga Purba Sidagambir pada awalnya adalah marga Purba Sidadolog, yang sulung adalah marga sidadolog dan yang bungsu akhirnya bergantih marga menjadi purba sidagambir, Pergantian marga tersebut tepatnya terjadi di daerah Simarpapan pada sekitar tahun 1605
Pada masa itu masih berlaku di Simalungun sistem partuanon, yang sulung marga purba Sidadolog lah yang memegang tampuk kekuasaan pada masa itu, sedangkan yang bungsu mencari kegiatan tersendiri yaitu Membuat Gambir (manopa Gambir) di sebuah pondok kecil.
Partuanon itu berada di daerah sinaman antara tahun 1575 – 1645 yang menjadi tuan pada pada partuanon tersebut adalah Tuan dolog masagal Purba Sidadolog.
Kehidupan 2 bersaudara ini sangat tidak harmonis di karenakan adanya perbedaan sifat yang sangat kontras antara mereka berdua dan konflik antara mereka berdua semakin parah karena yang sulung memaksa nikah saudara perempuan (botou) mereka ke daerah Samosir,Botou mereka sempat menetap di samosir, dan pada suatu waktu akibat ketidakcocokan dengan suaminya di Samosir dia kembali ke Simalungun sehingga ia dengan memakai perahu menyeberangi danau toba dan sampai ke daerah tigaras dan di tigaras akhirnya meninggal dunia akibat kecapaian Di yakini sekarang ini tempatnya meninggal adalah sebuah batu besar ke arah timur tigaras. Jika marga purbaSidadolog / sidagambir memancinag di daerah sekitar batu tersebut dan berkeinginan mendapatkan ikan maka dengan keyakinan kita bisa meminta bantuan yang maha kuasa dengan perantaraan leluhur (amboru) yang meninggal di sekitar batu tersebut.
Suatu masa ketika ada jamuan makan di dalam rumah bolon, Tuan teringat akan adiknya yang sedang berada di dalam pondoknya membuat gambir sehingga tuan menyuruh seorang pembantu untuk mengajak adiknya untuk ikut serta dalam jamuan makan namun ajakan abangnya tersebut di tolak olehnya dan menyuruh pembantu tersebut agar kembali ke rumah bolon, pembantu tersebut bergegas kembali ke rumah bolon dan menyampaikan tolakan tersebut, lalu Tuan membungkuskan makanan di dalam daun pisang dengan rapi dan menyuruh pembantu tersebut kembali ke tempat adiknya untuk menyerahkan makanan tersebut namun di pertengahan jalan pembantu tersebut justru memakan makanan yang di titipkan tuan tersebut dan mengganti makanan tersebut dengan pamorohan sikkam, pamoroan sikkam tersebut kembali di bungkusnya dengan rapi dengan daun pisang dan mengantarkannya kepada adik tuan tersebut.
Adik raja tersebut sangat senang menerima bungkusan tersebut, lalu ia menghentikan pekerjaanya dan mulai membuka bungkusan tersebut,alangkah terkejutnya dia ketika mulai meihat isi bungkusan tersebut bukan makanan yang di hidangkan tapi justru pamoroan sikkam, maka si adik sangat marah dan atas emosinya yang meluap akhirnya dia membuat sumpah di panopaan gambirnya bahwa sejak hari kejadian tersebut dia dan keturunannya tidak akan lagi menggunakan marga Sidadolog mulai hari itu di panopaan gambirnya dia dan keturunannaya adalah marga Purba Sidagambir sesuai dengan pekerjaannya membuat gambir.
Sejak dia bersumpah tidak memakai marga purba Sidadolog maka hubungannya dengan abangnya yang merupakan yuan dolog masagal semakin renggang namun ia masih menetap di daerah kerajaan abangnya dan keturunannya lah yang akhirnya merantau dan membuat partuanon yang baru.
Partuanon yang di bangun oleh Purba Sidagambir mulanya ada di daerah Rajani Huta kemudian dari rajani huta menyebar ke Tanjung marolan (sekarang lebih di kenal dengan nama dolog huluan).Yang paling sulung dari sidagambir Rajani huta pergi memperluas wilayah ke daerah tanjung marolan dan membuka daerah disana. Sedangkan di daerah dolog huluan sudah lebih dulu menetap sidagambir tuan buttu namun mereka di serang oleh daerah lain dan mengalami kekalahan serta melarikan diri ke daerah tanjung marolan. Di tanjung marolan mereka meminta bantuan kepada saudaranya yaitu sidagambir sin rumah bolon yang menjadi tuan di daerah tersebut.bersama dengan sidagambir sin rumah bolon dan pasukannya mereka kembali merebut dolog huluan dan bersama sama menguasi Dolog huluan. Lalu mereka mendirikan pagar untuk membatasi perkampungan dan perladangan,pagar tersebut dibuat mengelilingi dolog Huluan dan dibagi menjadi 5 bagian nama pagar tersebut sesuai dengan pembagian marga sidagambir dan masing masing marga tersebut menjaga pagar tersebut agar tidak bisa di lewati hewan peliharaan dan merusak tanaman masyarakat dan jika terjadi perusakan tanaman oleh hewan maka pagar yang menjadi lintasan hewan tersebut akan di denda penjaganya. Pagar Sidagambir tuan buttu sering menjadi lintasan hewan hewan peliharaan ke daerah perladangan sehingga mereka di denda oleh partuanon padahal kejadian tersebut merupakan ulah orang orang yang merasa sirik. Akibat terlalu sering di denda dan di jolimi mereka menjadi sakit hati dan meninggalkan Dolog Huluan kemudian pindah ke daerah pangkalan tongah .
Lalu pada masa Rajaiam di daerah huta bagas semakin banyaklah keturunan marga sidagambir di dolog huluan akibat banyaknya istri. Lalu kemudian anak kedua dari tuan rajaiam dari istri pertamanya yaitu jaham di suruh kembali kedaerah tanjung marolan bersama 3 istrinya (sinaga,sumbayak turnip) namun di tanjung marolan terjadi tanah longsor (lubang tano) sehingga mereka membuat perkampungan baru ke arah barat tanjung marolan yaitu nama perkampungannya Mariah dolog. Sedangkan anak Tuan Rajaiam yang paling sulung meneruskan partuanon yang ada di dolog huluan. Pada masa Tuan Mordjati untuk memperluas wilayah dia memindahkan marga sidagambir ke daerah bangun rahu.
Tuan yang terakhir di dolog huluan adalah Tuan Rami pada masa Tuan Rami lah terjadi Revolusi di Simalungun dimana raja raja dan tuan tuan di bunuh dengan pisau sebab banyak raja raja dan tuan tuan tidak mempan ditembak dengan peluru. Namun Tuan Rami tidak ikut terbunuh walau sudah sempat di bawa pasukan Harimau Liar, di Silau Marihat pasukan yang membawa Tuan Rami tersebut berjumpa dengan Pasukan Harimau Liar lainnya dan pasukan Harimau liar tersebut merupakan Penduduk Dari Dolog Huluan karena mereka lah Tuan Rami di bebaskan sebab di mata mereka Tuan Rami adalah Pemimpin yang baik dan adil.
Setelah Revolusi Di Simalungun tuan Rami menjadi penduduk biasa dan bekerja sebagai petani sampai akhirnya meninggal dunia dan di kuburkan di Huta Bagas Dolog Huluan.
Tario Purba Sidagambir menjadi Pangulu pertama di Dolog Huluan setelah masa Partuanon di Simalungun berakhir.
Rajaiam memiliki 5 orang istri dan yang menjadi permaisurinya adalah saudara perempuan dari raja raya jadi partuanon dolog huluan adalah boru dari partuanon di raya. Hubungan partuanon Dolog Huluan dan partuanon Raya semakin harmonis sebab tuan rajaiam dapat menjinakkan kerbau liar milik raja Raya dan sebagai ucapan terimakasih raja raya kepada rajaiam dia memberikan sepasang kerbau kepada rajaiam.
Di dolog huluan sendiri yang menjadi si pukkah huta adalah marga Purba Sidagambir partuanon yang di bangun ada di bawah naungan raja panei purba Dasuha, namun rumah bolon yang ada di dolog huluan tepatna di huta bagas musnah terbakar pada 30 12 1936
Di dolog huluan marga purba sidagambir terbagi menjadi 5 bagian yaitu
1.Sidagambir Sin Rumah bolon
3.Sidagambir Parkahap (Tuan kahap kahap)
4.Sidagambir Tuan buttu
2.Sidagambir Raja goraha
5.Sidagambir Tuan Sipandan
Pembagian marga tersebut dibuat berdasarkan spesifikasi kerja, dan pangkat dalam partuanon serta berdasarkan tempat tinggal
Sin Rumah bolon adalah yang tertua karena yang memegang partuanon di dolog huluan adalah marga Sidagambir sin rumah bolon sebab berdasarkan partuanon di Simalungun yang meneruskan kerajaan adalah anak yang paling sulung. Fakta lain yang mendukung Sin rumah bolon sebagai sidagambir yang paling sulung adalah tutur yang berlaku di dolog huluan. Sidagambir yang 4 lagi memanggil abang kepada Sidagambir Sin Rumah bolon.
Sidagambir parkahap (Tuan kaha kaha) di berikan gelar tersebut karena keahlian mereka dalam mengamati dan melihat kelemahan musuh atau lebih tepatnya peran mereka adalah sebagai intel
Sidagambir raja gorahadi berikan nama tersebut disebabkan karena mereka adalah panglima perang partuanon Dolog huluan sebagai pilar utama pertahanan dolog huluan
Sedangkan Sidagambir tuan Sipandan dan Tuan buttu di berikan gelar tersebut di sebabbkan tempat tinggal mereka. Sidagambir tuan buttu mayoritas tinggal di dearah yang tinggi letaknya di Daerah dolog huluan
Dan sidagambir tuan sipandan menetap di tiga sipandan sekarang lebih dikenal dengan nama Bah bolon. Di daerah tersebut dahulu ada sebuah kayu besar yaitu kayu “buah” namun sekarang sudah di tumbang dan hanya menyisakan batang sisa pemotongannya saja.
Marga Purba Sidagambir pada awalnya adalah marga Purba Sidadolog, yang sulung adalah marga sidadolog dan yang bungsu akhirnya bergantih marga menjadi purba sidagambir, Pergantian marga tersebut tepatnya terjadi di daerah Simarpapan pada sekitar tahun 1605
Pada masa itu masih berlaku di Simalungun sistem partuanon, yang sulung marga purba Sidadolog lah yang memegang tampuk kekuasaan pada masa itu, sedangkan yang bungsu mencari kegiatan tersendiri yaitu Membuat Gambir (manopa Gambir) di sebuah pondok kecil.
Partuanon itu berada di daerah sinaman antara tahun 1575 – 1645 yang menjadi tuan pada pada partuanon tersebut adalah Tuan dolog masagal Purba Sidadolog.
Kehidupan 2 bersaudara ini sangat tidak harmonis di karenakan adanya perbedaan sifat yang sangat kontras antara mereka berdua dan konflik antara mereka berdua semakin parah karena yang sulung memaksa nikah saudara perempuan (botou) mereka ke daerah Samosir,Botou mereka sempat menetap di samosir, dan pada suatu waktu akibat ketidakcocokan dengan suaminya di Samosir dia kembali ke Simalungun sehingga ia dengan memakai perahu menyeberangi danau toba dan sampai ke daerah tigaras dan di tigaras akhirnya meninggal dunia akibat kecapaian Di yakini sekarang ini tempatnya meninggal adalah sebuah batu besar ke arah timur tigaras. Jika marga purbaSidadolog / sidagambir memancinag di daerah sekitar batu tersebut dan berkeinginan mendapatkan ikan maka dengan keyakinan kita bisa meminta bantuan yang maha kuasa dengan perantaraan leluhur (amboru) yang meninggal di sekitar batu tersebut.
Suatu masa ketika ada jamuan makan di dalam rumah bolon, Tuan teringat akan adiknya yang sedang berada di dalam pondoknya membuat gambir sehingga tuan menyuruh seorang pembantu untuk mengajak adiknya untuk ikut serta dalam jamuan makan namun ajakan abangnya tersebut di tolak olehnya dan menyuruh pembantu tersebut agar kembali ke rumah bolon, pembantu tersebut bergegas kembali ke rumah bolon dan menyampaikan tolakan tersebut, lalu Tuan membungkuskan makanan di dalam daun pisang dengan rapi dan menyuruh pembantu tersebut kembali ke tempat adiknya untuk menyerahkan makanan tersebut namun di pertengahan jalan pembantu tersebut justru memakan makanan yang di titipkan tuan tersebut dan mengganti makanan tersebut dengan pamorohan sikkam, pamoroan sikkam tersebut kembali di bungkusnya dengan rapi dengan daun pisang dan mengantarkannya kepada adik tuan tersebut.
Adik raja tersebut sangat senang menerima bungkusan tersebut, lalu ia menghentikan pekerjaanya dan mulai membuka bungkusan tersebut,alangkah terkejutnya dia ketika mulai meihat isi bungkusan tersebut bukan makanan yang di hidangkan tapi justru pamoroan sikkam, maka si adik sangat marah dan atas emosinya yang meluap akhirnya dia membuat sumpah di panopaan gambirnya bahwa sejak hari kejadian tersebut dia dan keturunannya tidak akan lagi menggunakan marga Sidadolog mulai hari itu di panopaan gambirnya dia dan keturunannaya adalah marga Purba Sidagambir sesuai dengan pekerjaannya membuat gambir.
Sejak dia bersumpah tidak memakai marga purba Sidadolog maka hubungannya dengan abangnya yang merupakan yuan dolog masagal semakin renggang namun ia masih menetap di daerah kerajaan abangnya dan keturunannya lah yang akhirnya merantau dan membuat partuanon yang baru.
Partuanon yang di bangun oleh Purba Sidagambir mulanya ada di daerah Rajani Huta kemudian dari rajani huta menyebar ke Tanjung marolan (sekarang lebih di kenal dengan nama dolog huluan).Yang paling sulung dari sidagambir Rajani huta pergi memperluas wilayah ke daerah tanjung marolan dan membuka daerah disana. Sedangkan di daerah dolog huluan sudah lebih dulu menetap sidagambir tuan buttu namun mereka di serang oleh daerah lain dan mengalami kekalahan serta melarikan diri ke daerah tanjung marolan. Di tanjung marolan mereka meminta bantuan kepada saudaranya yaitu sidagambir sin rumah bolon yang menjadi tuan di daerah tersebut.bersama dengan sidagambir sin rumah bolon dan pasukannya mereka kembali merebut dolog huluan dan bersama sama menguasi Dolog huluan. Lalu mereka mendirikan pagar untuk membatasi perkampungan dan perladangan,pagar tersebut dibuat mengelilingi dolog Huluan dan dibagi menjadi 5 bagian nama pagar tersebut sesuai dengan pembagian marga sidagambir dan masing masing marga tersebut menjaga pagar tersebut agar tidak bisa di lewati hewan peliharaan dan merusak tanaman masyarakat dan jika terjadi perusakan tanaman oleh hewan maka pagar yang menjadi lintasan hewan tersebut akan di denda penjaganya. Pagar Sidagambir tuan buttu sering menjadi lintasan hewan hewan peliharaan ke daerah perladangan sehingga mereka di denda oleh partuanon padahal kejadian tersebut merupakan ulah orang orang yang merasa sirik. Akibat terlalu sering di denda dan di jolimi mereka menjadi sakit hati dan meninggalkan Dolog Huluan kemudian pindah ke daerah pangkalan tongah .
Lalu pada masa Rajaiam di daerah huta bagas semakin banyaklah keturunan marga sidagambir di dolog huluan akibat banyaknya istri. Lalu kemudian anak kedua dari tuan rajaiam dari istri pertamanya yaitu jaham di suruh kembali kedaerah tanjung marolan bersama 3 istrinya (sinaga,sumbayak turnip) namun di tanjung marolan terjadi tanah longsor (lubang tano) sehingga mereka membuat perkampungan baru ke arah barat tanjung marolan yaitu nama perkampungannya Mariah dolog. Sedangkan anak Tuan Rajaiam yang paling sulung meneruskan partuanon yang ada di dolog huluan. Pada masa Tuan Mordjati untuk memperluas wilayah dia memindahkan marga sidagambir ke daerah bangun rahu.
Tuan yang terakhir di dolog huluan adalah Tuan Rami pada masa Tuan Rami lah terjadi Revolusi di Simalungun dimana raja raja dan tuan tuan di bunuh dengan pisau sebab banyak raja raja dan tuan tuan tidak mempan ditembak dengan peluru. Namun Tuan Rami tidak ikut terbunuh walau sudah sempat di bawa pasukan Harimau Liar, di Silau Marihat pasukan yang membawa Tuan Rami tersebut berjumpa dengan Pasukan Harimau Liar lainnya dan pasukan Harimau liar tersebut merupakan Penduduk Dari Dolog Huluan karena mereka lah Tuan Rami di bebaskan sebab di mata mereka Tuan Rami adalah Pemimpin yang baik dan adil.
Setelah Revolusi Di Simalungun tuan Rami menjadi penduduk biasa dan bekerja sebagai petani sampai akhirnya meninggal dunia dan di kuburkan di Huta Bagas Dolog Huluan.
Tario Purba Sidagambir menjadi Pangulu pertama di Dolog Huluan setelah masa Partuanon di Simalungun berakhir.
Rajaiam memiliki 5 orang istri dan yang menjadi permaisurinya adalah saudara perempuan dari raja raya jadi partuanon dolog huluan adalah boru dari partuanon di raya. Hubungan partuanon Dolog Huluan dan partuanon Raya semakin harmonis sebab tuan rajaiam dapat menjinakkan kerbau liar milik raja Raya dan sebagai ucapan terimakasih raja raya kepada rajaiam dia memberikan sepasang kerbau kepada rajaiam.
Di dolog huluan sendiri yang menjadi si pukkah huta adalah marga Purba Sidagambir partuanon yang di bangun ada di bawah naungan raja panei purba Dasuha, namun rumah bolon yang ada di dolog huluan tepatna di huta bagas musnah terbakar pada 30 12 1936
Di dolog huluan marga purba sidagambir terbagi menjadi 5 bagian yaitu
1.Sidagambir Sin Rumah bolon
3.Sidagambir Parkahap (Tuan kahap kahap)
4.Sidagambir Tuan buttu
2.Sidagambir Raja goraha
5.Sidagambir Tuan Sipandan
Pembagian marga tersebut dibuat berdasarkan spesifikasi kerja, dan pangkat dalam partuanon serta berdasarkan tempat tinggal
Sin Rumah bolon adalah yang tertua karena yang memegang partuanon di dolog huluan adalah marga Sidagambir sin rumah bolon sebab berdasarkan partuanon di Simalungun yang meneruskan kerajaan adalah anak yang paling sulung. Fakta lain yang mendukung Sin rumah bolon sebagai sidagambir yang paling sulung adalah tutur yang berlaku di dolog huluan. Sidagambir yang 4 lagi memanggil abang kepada Sidagambir Sin Rumah bolon.
Sidagambir parkahap (Tuan kaha kaha) di berikan gelar tersebut karena keahlian mereka dalam mengamati dan melihat kelemahan musuh atau lebih tepatnya peran mereka adalah sebagai intel
Sidagambir raja gorahadi berikan nama tersebut disebabkan karena mereka adalah panglima perang partuanon Dolog huluan sebagai pilar utama pertahanan dolog huluan
Sedangkan Sidagambir tuan Sipandan dan Tuan buttu di berikan gelar tersebut di sebabbkan tempat tinggal mereka. Sidagambir tuan buttu mayoritas tinggal di dearah yang tinggi letaknya di Daerah dolog huluan
Dan sidagambir tuan sipandan menetap di tiga sipandan sekarang lebih dikenal dengan nama Bah bolon. Di daerah tersebut dahulu ada sebuah kayu besar yaitu kayu “buah” namun sekarang sudah di tumbang dan hanya menyisakan batang sisa pemotongannya saja.
Langganan:
Postingan (Atom)